Sesungguhnya Allah itu mengajarkan demokrasi,mengajarkan kebebasan sebebas bebasnya,jika ingin baik bermusyawarahlah,wasyowirhum fil amri,tetapi juga melepaskan kehendak bebas manusia." Maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah dia ber iman,dan barang siapa yang ingin kafir Biarlah dia kafir" (QS Al Kahfi 29) teta...pi ayat ini tdk ada hubungannya dgn JIL nya Ulil ..hahaha
Tulisan di atas saya kutip dari status di page KH Nuril Arifin. Bukan mau membonceng, agar tulisan saya terkesan lebih berbobot. Tapi sejujurnya, saya benar benar tertarik dengan tulisan di atas. Baiklah, mari kita diskusikan postingan di atas dengan lebih rinci. Mohon kalau saya salah, ingatkan saya....
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir"
Al Kahfi : 29
Ini adalah salah satu bentuk, bagaimana Allah memberi kebebasan pada manusia untuk menentukan pilihannya. Menghendaki beriman ataukah tetap dalam kekafiran.
Ayat ayat semacam ini cukup banyak kita temui di dalam Kitab Suci. Di mana Tuhan menyerahkan sepenuhnya pilihan jalan hidup bagi umat manusia, baik itu pilihan untuk beriman atau tidak beriman danjuga pilihan untuk menganut agama serta keyakinannya masing masing.
Bentuk bentuk pengakuan Al Qur'an terhadap kebebasan dalam hal keyakinan atau dalam bahasa sekarang, pluralitas agama dapat kita lihat di :
~ Al Kaafiruun : 6
~ Al Maidah : 48-49
~ Al hajj : 40
~ Al Hajj : 67
~ Al Baqarah : 148
~ Al Baqarah : 256
Nabi kita Muhammad SAW di tugaskan oleh Allah untuk menyampaikan kebenaran, memberi kabar baik dan sebagai penyeru kepada agama (Allah). Di bawah ini adalah teks yang menjelaskan bagaimana sesungguhnya fungsi Kenabian menurut Al Qur'an
Al Ahzab : 45-47
45. Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
46. dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.
47. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.
Al Ahqaaf : 9
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Penyeru kepada jalan iman tidaklah sama dengan Penghakim, Pembalas bahkan Pemberi Hidayah atau petunjuk. Ini yang seringkali kita sulit memahami. Banyak yang beralasan bahwa semasa hidupnya, Nabi tidak sekedar pembawa ajaran tauhid, akan tetapi Nabi juga seorang Raja, Pemimpin dan Hakim dalam memutuskan sebuah perkara. Artinya, kenabian Muhammad di dalamnya juga termasuk membawa ranahagama pada tataran formal.Tidak bisa di pungkiri bahwa figur Muhammad di samping seorang nabi juga seorang pemimpin besar nan revolusioner dan juga tempat di mana umatnya mengadu dan mencari penyelesaian sebuah perkara. Dan perkara itu seringkali penyelesaiannya dengan merujuk pada teks suci. Inilah yang sampai detik ini menjadi perselisihan di kalangan umat Islam . Tentang perlu tidaknya wadah Negara untuk menjalankan hukum syariah. Suatu saat insya Allah sayaakan mendiskusikannya.
Apapun perdebatan mengenai itu, satu hal yang saya sangat yakini, bahwa Nabi tidak pernah menghakimi sebuah kepercayaan. Nabi belum pernah sekalipun mengirimkan satuan tempur untuk menggilas umat laindengan alasan hanya karenaberbeda keyakinan. Nabi tidak menghukum orang karena dia kafir, karena dia tidak memeluk Islam dan sebagainya.
Kenapa demikian ???
Mari kita telaah ayat ayat di bawah ini.
An Nahl : 9
Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang menyimpang. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memberi petunjuk kamu semua (kepada jalan yang benar).
Ar Ruum : 53
Danengkau sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan engkau tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).
Saba' : 23
Dan syafa'at(pertolongan) di sisiNya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafa'at itu)
Mengacu pada beberapa teks di atas, menjadi jelaslah fungsi kenabian Muhammad. Di perintahkan untuk menyerukan tauhid, tapi tidak di perkenankan memaksa. Memberi peringatan akan bahaya kekafiran, tapi bukan pemberi hukuman atas ketidak imanan orang. Pembawa kabar baik, tapi tetap menyerahkan hasil akhirnya (tercerahkan atau tidak) pada Allah SWT.
Lantas, bagaimana Allah mengajarkan pada Rasulullah dan juga umatnya dalam mendakwahkan tauhid ?
Perhatikan teks di bawah ini,
Ali Imran : 159
Makaberkat rahmat dari Allah-lahengkau (Muhammad)berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
Al Kahfi : 28
Dan bersabarlahengkau (Muhamad) bersama orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Al Ashr : 2-3
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Inilah juklak dakwah dari Allah untuk nabi Nya dan untuk kita semua.
Islam berarti jalan keselamatan, perdamaian dan penyerahan diri. Bagaimana mungkin, kita menyeru pada jalan keselamatan akan tetapi menggunakan cara cara yang jauh dari damai ?.
Bagaimana bisa, substansi akan sebuah ajaran (berserah diri pada Tuhan) sampai pada tujuan, ketika pembawa syiarnya mengedepankan hawa nafsu, egoistis, merusak dan senantiasa memaksakan keyakinannya??. Hingga seolah olah merasa paling berhak mewakili Tuhan. Padahal, petunjuk, hidayah dan keselamatan itu adalah hak Allah ?
Bukankah Allah telahkatakan pada nabi Nya: engkau sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk ?
Bukankah tidak ada paksaan dalam beragama ?
Bukankah Rasulullah hanyalah penyeru ?
Bukankah Nabi senantiasa berlaku lemah lembut ?
Bukankah, Allah mengatakan "barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir" ?
Bukankah hanya Allah yang berwenang menentukan siapa siapa yang di beri petunjuk dan siapa siapa yang tidak ??
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( Al Maidah : 48)
Penulis : Sang Dewi Kitala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar