Oleh H. Edgar Suratman, SE*
Pengasuh Pesantren Suryalaya KH Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom) telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada Senin (5/9). Jenazah Abah Anom (96) dimakamkan di Puncak Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (6/9).Abah Anom dilahirkan di Tasikmalaya, 1 Januari 1915. Ayahnya adalah KH Abdullah Mubarok atau Abah Sepuh yang tak lain sebagai pendiri Pesantren Suryalaya. Abah Anom sejak kecil tumbuh dalam lingkungan keluarga pegiat ajaran tasauf aliran Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah (TQN).
Abah Anom merupakan sosok ulama mursyid yang memberikan contoh kemandirian, peka terhadap masalah sosial dan peduli terhadap persoalan bangsa. Beliau tidak hanya terlibat di bidang keagamaan saja, namun juga di bidang sosial, pendidikan, ekonomi hingga politik kebangsaan.
Sosok Mursyid Arif
Abah Anom adalah sosok mursyid yang selalu membimbing para pengikutnya dan umat Islam untuk selalu mendekatakan diri kepada Allah SWT. Sebagai sosok guru mursyid Abah Anom telah memberikan bimbingan terbaik kepada para pengikut dan jutaan umat Islam untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas dan berkelanjutan melalui amal shaleh, memperbanyak dzikir dan taqarrub kepada Allah SWT.
Berkat kepemimpinan Abah Anom di Suryalaya sejak 1956, TQN berkembang luas hingga Mancanegara. TQN Suryalaya kini telah memiliki perwakilan di semua kabupaten/ kota se-Jawa Barat dan daerah-daerah lainnya se-Indonesia, kecuali Papua. TQN Suryalaya juga memiliki banyak perwakilan di berbagai belahan dunia.
Model pendekatan dakwah yang dikembangkan TQN Suryalaya mudah diterima masyarakat luas, termasuk kalangan non-Muslim. Suatu ketika Abah Anom pernah diundang secara khusus oleh PM Singapura Goh Chok Tong untuk menyampaikan tanbih atau wejangan agama. Goh Chok Tong sangat khusyu’ mendengarkan tanbih tersebut dan menyebutkan apa yang disampaikan Abah Anom sebagai kebenaran universal ajaran Islam yang penuh rahmat bagi semesta, kasih sayang dan kedamaian antar sesama manusia.
Ajengan Panutan dan Progresif
Pada usia 18 tahun Abah Anom dipercaya ayahnya, Syaikh Abdullah Mubarok menjadi wakil talqin dzikir TQN. Sejak saat itulah, ia akrab disapa Abah Anom atau Kiai Muda. Anom berasal dari bahasa Sunda, yang artinya muda. Sejak muda ia telah memiliki jiwa kepemimpinan progresif. Sebagai seorang mursyid, ia bukan sosok yang hanya berdiam diri di tempat atau melakukan ‘uzlah dengan meninggalkan kehidupan dunia, namun menyatu dengan masyarakat dan mengambil peran besar dalam mewujudkan transformasi.
Pada masa pemberontakan DII/TII, Tasikmalaya menjadi basis gerakan perlawanan. Abah Anom ikut berjuang bersama TNI dalam melawan dan membasmi DII/TII. Begitu juga saat pemberontakan PKI mewabah, Abah Anom beserta para santrinya ikut berjuang mengganyang PKI.
Abah Sepuh wafat pada 1956 dan kepemimpinan Suryalaya dilanjutkan, Abah Anom. Pada 1961 ia merintis Yayasan Serba Bakti sebagai payung pengembangan pesantren. Pesantren ini dibangun dengan kemandirian, tabu meminta bantuan kepada siapapun atau lembaga manapun. Abah Anom dengan konsisten selalu memberikan wejangan kepada santri dan pengikutnya, agar taat kepada perintah agama dan negara, karena NKRI didirikan oleh para ulama dan syuhada, yang harus didukung demi kemaslahatan bangsa. Karena itu, Pesantren Suryalaya selalu mendukung pemerintahan yang sah dan berada di belakang NKRI.
Pelopor Pemberdayaan Masyarakat
Selama ini publik lebih mengenal kiprah Abah Anom di dunia tasauf melalui TQN Suryalaya dan kesehatan atau sosial melalui pondok Inabah yang konsen dalam rehabilitasi pecandu narkotika. Padahal, Abah Anom memiliki kiprah lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu pemberdayaan masyarakat, baik melalui sektor pertanian, ekonomi, pendidikan dan pesantren hingga politik kebangsaan.
Sejak memimpin Pesantren Suryalaya pada 1956, Abah Anom menunjukkan perhatian besar pada sektor pertanian. Pembangunan irigasi untuk pertanian dan kincir air untuk pembangkit listrik, adalah contoh dari kepeloporan pesantren ini sejak kepemimpinan Abah Anom. Bahkan pada masa sulit pangan di era 1950-an dan 1960-an, Suryalaya memelopori program swasembada beras untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Di bidang ekonomi, Abah Anom merupakan pelopor pemberdayaan ekonomi masyarakat Tasikmalaya. Yayasan Serba Bakti Pesantren Suryalaya memiliki sejumlah unit di bidang ekonomi, antara lain koperasi pesantren (kopontren) dan baitul maal wat tamwil (BMT).
Melalui wadah kopontren dan BMT, Pesantren Suryalaya mengembangkan berbagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kopontren dan BMT Suryalaya bekerjasama dengan sejumlah bank dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesantren dan pedesaan di Tasikmalaya dan Ciamis. Pesantren Suryalaya memberikan bantuan permodalan maupun simpan pinjam bagi warga sekitar pesantren maupun warga Tasikmalaya dan Ciamis, sehingga manfaat keberadaan pesantren tersebut dirasakan secara langsung oleh masyarakat luas.
Pada bidang pendidikan, sumbangan lebih besar diberikan Abah Anom bagi masyarakat. Melalui Pesantren Suryalaya, Abah Anom setiap tahunnya membina ribuan kader calon pemimpin masyarakat. Pesantren Suryalaya dihuni ribuan santri dan memiliki 13 unit pendidikan, yaitu mulai jenjang TK, SD, MI, MTs, SMP, MA, SMA, SMK, sekolah tinggi ilmu ekonomi, institut agama islam, majelis taklim, pesantren, dan pengajian umum.
Berjihad Rehabilitasi Narkoba
Komitmen dan ketulusan kecintaan Abah Anom terhadap bangsa dan negara juga ditunjukkan melalui jihad merehabilitasi para pecandu narkotika. Abah Anom berjasa besar dalam menyelamatkan ribuan bahkan jutaan generasi bangsa. Melalui program Inabah, ia memprakarsai penyembuhan narkoba dan berbagai gangguan jiwa berbasis pendekatan spiritual, yakni melalui peningkatan kesadaran beragama. Selama puluhan tahun, Suryalaya berjihad merehabilitasi pecandu narkoba, sehingga pesantren ini menjadi mitra utama Polri dan BNN, baik dalam rehabilitasi pecandu maupun perang melawan peredaran narkoba.
Ketua MK, Prof Mahfud MD menyebut Abah Anom sebagai ulama yang bukan hanya mengajarkan kitab-kitab secara konvensional, namun juga aktif melakukan kegiatan sosial dan terapi untuk korban narkotika melalui kesadaran keagamaan. Banyak pecandu narkoba yang sembuh setelah mengikuti terapi di Suryalaya. “Banyak orang-orang besar, kaya, dan pejabat yang sulit membimbing anaknya sendiri sering meminta pertolongan penyembuhan kepada Abah Anom. Umat Islam dan bangsa Indonesia kehilangan beliau," kata Mahfud.
Wafatnya Abah Anom sebagai kehilangan besar bagi bangsa dan negeri ini. Tak ayal saat pemakaman, banyak karangan bunga terpampang di sepanjang jalan menuju kompleks Suryalaya. Karangan bungan tersebut antara lain diberikan mulai pejabat setingkat bupati/ walikota, pangdam, kapolda, gubernur, ormas Islam, direksi bank-bank nasional, menteri, mantan menteri, pimpinan partai politik nasional hingga Presiden SBY. Inna lillahi wa innaa ilaihi roji’uun. (*)
* Ketua Yayasan Serba Bakti Pesantren Suryalaya Perwakilan Kota Bogor
http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/34299/Kolom/Guru_Sufi_yang_Peka_Masalah_Sosial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar